Sunday, 5 August 2018

Belajar Bahasa : 4 Keterampilan Bahasa

empat keterampilan bahasa

KETERAMPILAN MEMBACA, MENULIS, BERBICARA DAN MENYIMAK

A. Keterampilan Membaca

Pembelajaran keterampilan membaca Manurut Dalman (2013:5), Keterampilan membaca adalah suatu keterampilan dalam sebuah kegiatan yang beupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Mengacu pada pendapat Dalman diatas bahwa keterampilan membaca adalah kemampuan seseorang dalam membaca teks atau kemampuan dalam memahami teks bacaan. Dalam keterampilan membaca, pembaca dapat mengenal kosa kata, menggaris bawahi kata kunci yang terdapat dalam teks, dapat mengenal kelas kata grammatikal, dll. Keterampilan membaca intensif adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya dikuasai. Contohnya seperti membaca pemahaman. Keterampilan ekstensif adalah membaca secara luas.

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi lireasi yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh pembicara adalah; Keterampilan Berbahasa : Mengenal sistem tulisan yang digunakan. Mengenal kosakata. Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topik dan gagasan utama. Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis. Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.

Contohnya seperti membaca sekilas.

B. Keterampilan Menulis

Berkaitan dengan pembelajaran keterampilan menulis, Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) mengatakan bahwa menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Mengacu dari pendapat diatas bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tulis menulis. Pendekatan yang diperlukan oleh penulis dalam keterampilan menulis yaitu menggunakan ortografi yang baik dan benar, memilih kata yang tepat, menggunakan bentuk kata dengan benar, mengurutkan kata-kata dengan benar serta menggunakan struktur kalimat yang tepat agar dapat dipahami oleh pembaca dan menghindari ambiguitas. Dalam keterampilan menulis ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : ejaan, tanda baca, creative writing, habite reading.saat pembelajaran menulis mengapa harus memperjhatikan ejaan agar penulisannya sesuai dengan aturan yang sesuai dan tidak asal-asalan contohnya ketika seseorang menjadi penulis buku di Indonesia maka harus diperhatikan ejaannya yang sesuai dengan EYD atau sekarang EBI. Kemudian tanda baca juga harus diperhatikan dalam menulis karena apabila tidak ada tanda baca maka tidak akan jelas makna yang terkandung dalam tulisan tersebut, makna tersebut bisa saja tulisan tersebut bermkana perintah, pernyataan, atau pertyanyaan serta tanda baca juga memudahkan pembaca dalam memahami tulisan tersebut. Dalam keterampilan menulis juga kita harus menjadi creative writing agar tulisan kita mampu diterima oleh orang banyak dan tidak membosankan. Keterampilan menulis juga harus memperhatikan habite reading agar banyak pengentahuan atau referensi yang penulis ketahui sehingga saat melakukannya menjadi banyak bahan yang bisa ia tulis kemudian, karena pada hakikatnya ketika seseorang gemar menulis maka orang itupun akan gemar membaca. Contohnya yaitu pada mata kuliah Production écrite mahasiswa sering ditugaskan untuk membuat karangan baik itu menceritakan diri sendiri ataupun berargumentasi, mahasiwa

C. Keterampilan Berbicara

Berkaitan dengan keterampilan berbicara Khmadi (1984: 9) menyatakan bahwa berbicara memberikan pengertian berbicara sebagai suatu keterampilan memproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan dan keingingan kepada orang lain. Dari pendapat Khmadi maka dapat dikatan bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mengasah kemampuan berbicara seseorang. Aktivitas yang ada dalam pembelajaran keterampilan berbicara adalah bermain peran, berpidato, debat, argumen, memberi topik. Dalam keterampilan berbicara ini anak dituntut untuk bisa bicara menggunakan bahasa yang ia pelajari untuk mempelajari keterampilan berbicara yaitu dengan memkasa anak untuk berbicara. Memkaksana anak untuk berbicara dapat dilakukan seperti yang sudah saya jelaskan dalam aktivitas yang ada dalam pembelajaran berbicara salah satunya bermian peran. Anak biasanya akan suka bermain peran saat berbicara karena pada aktivitas ini anak ada teman untuk bicara sehingga ada motivasi yang lebih untuk mengeluarkan kosa kata dam bahasa yang ia pelajari sebelumnya. Begitu pula dengan pidato, dan debat. Pada saat berargumentasi biasanya anak akan terus berbicara karena tidak ingin kalah dari lawannya sehingga baik digunakan untuk pembelajaran keterampilan berbicara. Kemudian guru memberi topik kepada anak didiknya dan memyuruhnya untuk mengembangkan topik tersebut dan di presentasikan, ini juga bisa memicu atau merangsang anak untuk berbicara di depan dan meningkatnya kepercayaan diriya saat berbicara bahasa yang ia pelajarinya. Contoh: Dalam keterampilan berbahasa biasanya lebih sering menggunakan metode bermain peran atau berdialog. Bermain peran dapat meningkatkan keberanian murid dalam berbicara bahasa asing serta menambah kosa kata. Dalam bermain peran, orang yang terlibat di dalamnya harus saling mengerti dan paham pada apa yang menjadi bahan pembicaraan akan terjalin komunikasi yang lancar.

D. Keterampilan Menyimak

Berkaitan dengan pembelajaran menyimak, Russel & Russel 1959 menyatakan bahwa menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Mengacu dari pendapat para ahli diatas keterampilan menyinak merupakan kemampuan anak untuk menangkap bunyi bahasa yang ia pelajarinya serta dapat mengerti ketika mendengar ada seseorang, audio, suara dari bahasa yang ia pelajarinya. Keterampilan menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan kata lain keterampilan menyimak ekstensif di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengar tersebut. Sedangkan ketika kita mempelajari bahasa asing kita akan mengalami banyak kesulitan diantaranya yaitu dalam menyimak. Pertama kita tidak tahu kosa kata dan yang kedua mungkin kita baru mendengar apa yang mereka katakan sehingga perlu adanya keuletan agar mampu menguasai bahasa asing yang saat ini kita pelajari. Dalam menyimak kita harus banyak mendengarkan penutur asli yang sedang berbicara agar kita terbiasa dengan bahasa mereka. Mempelajari bahasa kedua harus banyak berlatih.Menyimak intensif adalah memahami bahasa formal atau bahasa yang sering digunakan dalam acara resmi, serta dalam menyimak intensive diperlukan konsentrasi yang tinggi. Sedangkan menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Dalam situasi mendengarkan ekstensif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat. Contoh menyimak adalah mendengarkan audio, lagu, dll.

Referensi

Ahmadi.1984. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Churchman West C, Ackoff L. Russel, Arnoff Leonard. E. 1959. Introduction to Operations Research. New York: PublisherJohn Wiley and Sons.
Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: Raya Grafindo Persada.
St.Y. Slamet. 2008. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.









Friday, 27 July 2018

Belajar Bahasa: Metode, Gaya dan Peran Guru Bahasa Dalam Kelas Pemula

metode gaya dan peran guru bahasa

A. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting di dalam kegiatan belajar-mengajar bahasa asing. Dan menurut saya metode yang baik untuk digunakan pembelajaran bahasa asing yaitu:

a. Metode audio yaitu siswa belajar dengan pendengarkan. Artinya belajarnya menggunakan suara. Metode ini Siswa diajarkan sebuah bahasa layaknya masa bayi dahulu lalu guru mempraktikkan sebuah dialog pendek yang satupun artinya belum dapat diterjemahkan oleh siswa. Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk mengikuti dialog tersebut kemudian siswa menebak maksud dialog dari mimik, pose, serta berbagai hal yang dipraktikkan oleh guru. Contoh pembelajaran melalui metode audio yaitu siswa diberi mata pelajaran mendengarkan seperti mata kuliah CO atau bisa juga memberikan dvd kepada anak untuk di dengarkan di rumah. Dvd itu bisa berisi suara penutur asli bahasa yang sedang dipelajari.

b. Direct artinya langsung, Direct Method yaitu suatu metode pengajaran bahasa bahasa Asing dimana guru langsung menggunakan bahasa Asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikitipun dalam mengajar. Contohnya siswa sedang belajar bahasa Perancis kemudian gurunya menjelaskan dengan menggunakan bahasa Perancis secara keseluruhan, tujuannya agar murid terbiasa menggunakan bahasa asing yang sedang dipelajarinya.

c. Metode diskusi yaitu siswa dalam belajar bahasa asing dengan melalukan diskusi dengan temannya, hal ini diharapkan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran bahasa asing yang mereka pelajari. Contohnya saat belajar berargumtasi maka siswa akan berdiskusi.

B. Gaya Belajar

a. Gaya belajar pembelajar yaitu metode pembelajaran yang dilakukan oleh siswa terhadap belajarnya. Gaya atau model belajar ini biasanya berbeda-beda pada setiap siswa dikarenakan kemampuan seseorang dengan orang lain cenderung memiliki perbedaan. Dimana gaya belajar siswa A mungkin akan berbeda dengan gaya belajar siswa B. Siswa ada yang lebih paham apabila belajar sendiri, ada juga yang lebih paham bila belajar bersama-sama.

Contohnya yaitu anak yang menyukai mata pelajaran matematika cenderung gaya belajarnya individual dan tidak terlalu suka belajar kelompok dikarenakan memerlukan kemampuan untuk berkonsentrasi yang lebih dalam penghitungan.

b. Kemampuan Teknologi Informasi sebagai media pembelajaran sangat penting di era globalisasi saat ini. Dari perkembangan teknologi yang yang pesat kita dapat menggunakan dalam dunia pendidikan. Salah satunya kita dapat menciptakan media pembelajaran dengan menggunakan TI yang saat ini sedang berkembang. Seperti yang dikatan Oemar Hamalik (1980) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Dengan demikian, teknologi informasi haruslah berkembang juga dalam dunia pendidikan karena memang akan berpengaruh pada antusias anak dalam proses pembelajaran sehingga jika kita mengajar dengan bantuan teknologi dan informasi maka proses pembelajaran akan semaki mudah dan menyenangkan. Contoh dari teknologi informasi yang bisa digunakan di bidang pendidikan diantaranya yaitu aplikasi-apalikasi di smartphone android seperti kamus online, games tebak kata, dan sebagainya.

C. Peran Guru Bahasa

Menurut saya peran guru bahasa dalam kelas pemula adalah sebagai pembimbing bagi setiap muridnya. Adapun peran bahasa dalam kelas pemula jauh lebih penting bila dibandingkan dengan kelas menengah keberadaannya, pada kelas pemula pemahaman bahasa yang dimiliki siswa sangatlah dasa, bahkan mungkin masih nol, karena itulah guru dituntut harus benar-benar menguasai materi dan cara penyampaiannya yang tepat kepada murid yang sama sekali belum mengetahui dan memahami dasar dari materi bahasa yang akan disampaikan. Contoh peran guru di kelas pemula memberi motivasi terhadap siswa mengapa harus belajar bahasa, menggambarkan keuntungannya agar siswa pada pertama belajar bahasa dapat bersemangat dan paham.

Peran guru bahasa:

a. Menjadi sumber belajar : artinya guru harus mampu menguasi materi dengan benar dan baik dalam penyempainnya karena dalam hal ini guru adalah satu-satunya sumber materi dalam pembelajaran sehingga jika ada murid yang bertanya guru harus cepat tanggap.

b. Menjadi fasilitator : artinya keberadaan guru haruslah sebagai pelayan dan melayani murid dengan baik melalui guru murid dapat belajar. Disini guru harus banyak mengarahkan sehingga murid tinggal melaksanakan dalam proses pembelajaran.

c. Menjadi pembimbing : artinya guru harus mampu membimbing dan mengarahkan muridnya. Dimana dalam proses pembelajar murid akan selalu bertanya dan disinilah guru harus mampu mengarahkan muridnya ke arah yang lebih baik dan mampu membimgbing murid dalam proses pembelajaran sehingga murid nyaman dalam belajar.

d. Menjadi motivator : sebagai guru, kita harus menjadi motivator untuk murid agar mereka selalu bersemangat dalam mempelajari materi yang akan kita sampaikan. Seperti kita memberikan motivasi jika mereka bisa menggunakan bahasa Perancis, mereka bisa pergi ke Perancis dengan mengikuti beasiswa.

e. Menjadi elevator : selesai proses pembelajaran, seorang guru harus mengevaluasi hasil yang telah dilakukan. Evaluasi tersebut guna untuk melihat keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran dan keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Referensi
Hamalik, Oemar. 1980. Media pendidikan. Bandung: Alumni.













Wednesday, 25 July 2018

Belajar Bahasa Perancis : Kesalahan Fosilisasi, Pendekatan Deduktif dan induktif, Perbedaan Keterampilan Reseptif dan Produktif, serta Pembelajaran Kosa Kata

belajar bahasa prancis
A. Kesalahan Fosilisasi

Fosilisasi adalah kesalahan sintaksis dan leksikal yang bertahan dalam cara berbicara seseorang yang menguasai sebuah bahasa dengan baik. Penggabungan relatif permanen bentuk-bentuk linguistik yang tidak tepat ini ke dalam kompetensi bahasa kedua seseorang disebut fosilisasi. Contohnya ketika seorang dari Garut belajar bahasa Perancis, saat dia berbicara bahasa Perancis akan terbawa dialek dari bahasa asalnya.

B. Pendekatan Deduktif Dan Pedekatan Induktif

1. Pendekatan Deduktif

Berkaitan denan pendekatan deduktif, Yamin (2008:89) menyatakan bahwa:
(1) pendekatan deduktif yaitu pendekatan yang mengarahkan pada penjelesan-penjelasan 
(2) penjelasan dalam pendekatan deduktif yaitu mengenai prinsip-prinsip dari isi pembelajaran 
(3) kemudian dalam pendekatan deduktif pada akhirnya akan ada pemberian contoh-contoh yang sesuai dengan kontes tertentu. 
Dengan demikian pendekatan deduktif adalah pendekatan atau strategi belajar dengan mengutamakan materi atau bahan belajar yang dikemas secara sistematis mulai dari yang umum kemudian generalisasi atau rumusan, sampai ke tahap khusus atau bagian-bagiannya.

Contonya untuk pengajaran tentang kalimat tunggal, maka pengajar memulai dengan definisi kalimat tunggal, contoh-contoh kalimat tunggal, dan dilanjutkan dengan penjelasan ciri-ciri kalimat tunggal. Teknik penyajian pelajaran yang paralel dengan straegi pembelajaran deduktif adalah teknik ceramah.

2. Pedekatan Induktif

Berkaitan dengan pendekatan Induktif dalam Wati (2014). Strategi Pembelajaran Dedeuktif dan Induktif. Diakses pada 2 Juni 2018. [Online] :
https://plus.google.com/117171598980914460515/posts/WuxNesL5aZg

menyatakan bahwa : 
(1) Pendekatan induktif merupakan strategi belajar dengan materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) 
(2) strategi yang diterapkan dalam pendekatan induktif berbalik dengan pendektan dedukti yaitu mulai dari khusus kemudian sampai pada tahap yang umum, generalisasi atau rumusan. 
(3) Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi. 
Dengan demikian, pendekatan induktif ini menjelaskan mulai dari yang khusus menuju yang umum.

Contohnya Pengajar memilih bagian dari pengetahuan, aturan umum, prinsip, konsep, yang diajarkan. Pengajar menyajikan contoh-contoh spesifik untuk dijadikan bagian penyusunan hipotesis. Bukti-bukti disajikan dengan maksud membenarkan atau menyangkal berbagai hipotesis tersebut. Menyimpulkan bukti dan contoh-contoh tersebut. Atau bisa jadi langsung ke lapangan untuk wawancara secara mengalir (contoh penelitian tentang konflik pilkada di desa X) artinya tidak perlu pakai kuesioner tapi tetapi menggunakan interview guide dan biasanya jenis pertanyaan terbuka dan di lapangan.

D. Perbedaan Utama Antara Pembelajar Keterampilan Reseptif Dan Keterampilan Produktif

Perbedaan utama antara pembelajar keterampilan reseptif dan keterampilan produktif, Nabella (2016) mengatakan bahwa perbedaan utama dari pembelajaran keterampilan reseptif dan keterampilan produktif yaitu terdapat dalam prosesnya. Dengan demikian, keterampilan reseptif (menyimak, membaca) memerlukan pemahaman pada teks yang menjadi bahan ajar. Sedangkan pada keterampilan produktif (menulis, berbicara) memerlukan gagasan, pemahaman dan struktur gramatikal. Pembelajar keterampilan reseptif adalah berbahasa yang digunakan untuk menangkap dan memahami informasi yang disampaikan melalui bahasa lisan dan tertulis. Adapun yang termasuk dalam keterampilan bahasa reseptif tersebut adalah kegiatan menyimak dan membaca: Menyimak:suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung didalamnya. Membaca: perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, memikirkan. Sedangkan pembelajar keterampilan produktif adalah berbahasa yang diguakan untuk menyampaikan informasi atau gagasan baik secara tertulis maupun lisan. Adapaun yang termasuk dalam keterampilan bahasa produktif adalah kegiatan menulis dan berbicara: Menulis: kegiatan penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Menulis adalah proses bernalar. Berbicara: kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Contoh dari pembelajaran keterampilan reseptif yaitu saat pembelajran menyimak mahasiswa belajar secara khusus di labaratorium bahasa agar mahasiswa mampu menyimak bahasa perancis dengan baik. Dan contoh keterampilan produktif yaitu saat mata kuliah berbicara mahasiswa diharuskan maju kedepan dan menceritakan pengelaman hidupnya.

Referensi

Galugu,Patrick. 2018. Mengenal Pendekatan Deduktif dan Induktif. Diakses 2 Juli 2018. [Online]:
https://www.menginspirasi.com/2013/09/mengenal-pendekatan-deduktif-dan-induktif.ht
Nabella (2016). GuruPintar.Com. Diakses 2 Juli 2018. [Online]:
http://gurupintar.com/threads/jelaskan-tentang-bahasa-reseptif-dan-bahasa-produktif.7577/
Nitasari, Nurul. (2015). Pembelajaran Kosa Kata. Diakses 2 Juli 2018. [Online] :
https://linguasastra.wordpress.com/2015/04/12/pengajaran-dan-pembelajaran-kosakata/
Wati (2014). Strategi Pembelajaran Dedeuktif dan Induktif. Diakses pada 2 Juni 2018. [Online] :
https://plus.google.com/117171598980914460515/posts/WuxNesL5aZg
Yamin, Martinis. 2008. DesainPembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.




Tuesday, 24 July 2018

Belajar Bahasa: Kesalalahan dalam Pembelajaran Bahasa : Mistake dan Error Di Dalam Ujian Pembelajar


Perbedaan mistake dan error
Perbedaan mistake dan error di dalam ujian pembelajar.
a.       Mistake adalah kesalahan yang dilalukan siswa dalam hal pengucapan atau penulisan. Hal tersebut biasanya terjadi karena siswa kurang fokus terhadap suatu materi atau pembalajaran. Pada kasus mistake ini sebenarnya siswa tahu dengan apa yang dia ucapkan atau yang dia tuliskan, namun pada saat penulisan atau pengucapan terdapat kesalahan. Contoh dari mistake yaitu siswa akan akan mengucapkan ( je suis allée à Garut ) namun dalam pengucapannya allée dengan akhiran –er yang menjadikan hal tersebut adalah mistake. Atau dalam kasus kesalahan penulisan yaitu siswa akan menulis ( je suis allée à Garut ) namun dalam penulisannya allé. Umpan balik yang harus guru lakukan jika ada murid yang melakukan mistake adalah dengan meminta ia mengulangi kalimat yang diucapkannya (satu kali). Jika masih salah, maka guru dapat mengulangi kalimat tersebut dengan pengucapan yang benar ( je suis allée à Garut ) sambil memberikan jempol atau pujian lainnya kepada siswa tersebut.
b.      Error adalah kesalahan yang dilakukan siswa dalam hal pemahaman. Dalam hal pemahaman ini, siswa belum mengetahui dan memahami pola bahasa yang digunakan. Contoh: siswa diminta membuat satu kalimat sederhana. Guru meminta seorang siswa membacakannya. Seorang siswa membaca hasil kerjanya (elle alle maison, hier) dari kalimat tersebut terdapat error. Siswa menggunakan kata kerja yang salah dan tidak menggunakan preposisi dan rumus temps yang harus digunakan dalam kalimat tersebut. Sebagai umpan balik, guru bisa meminta kepada siswa tersebut untuk menuliskan kalimatnya di papan tulis untuk menjadi pembelajaran bagi semua siswa, dimana letak kesalahan dan bagaimana kalimat yang benarnya atau meminta siswa lain untuk mengajarkan kepada anak tersebut (belajar bersama). Tak lupa guru harus memberikan penghargaan atau apresiasi kepada siswa tersebut karena sudah berani memberikan kalimatnya dan terus memotivasinya supaya semangat belajar.
     Selain kesalahan mistake dan error, sumber-sumber masalah lainpun dapat muncul di dalam pembelajaran bahasa. Diantaranya yaitu sebagai berikut.
     Sumber-sumber masalah yang dapat terjadi di kalangan pembelajar meliputi banyak faktor. Diantaranya yaitu: Faktor keluarga, guru, faktor eksternal, dan eskpektasi rendah. Contohnya keluarga tidak mampu membiaya anak sekolah sehingga anak minder belajar karena kurang biaya. Kemudian guru dapat menjadi bagian dari sumber masalah yang ada di dalam kelas jika guru tersebut tidak menguasai kelas dan materi yang akan disampaikan. Hal tersebut membuat murid menjadi tidak bersemangat atau malas untuk mengikuti pelajaran. Sebagai seorang guru, sebelum kita mengajar di kelas sebaiknya sebelum masuk kelas atau pada malam harinya guru mempersiapkan materi yang akan dipelajari besok di kelas, agar kita terlihat siap dimata siswa untuk menyampaikan materi. Jangan sampai kita terlihat ’kosong’ atau tidak paham dengan meteri yang kita sampaikan didepan murid kita sendiri. Contohnya guru tidak menjelaskan dengan baik materi yang ia pelajari sehingga murid tidak memahami pelajaran dari guru tersebut.

     Langkah-langkah yang akan saya lakukan jika terjadi masalah di dalam kelas yaitu sebagai calon guru, sudah seharusnya saya bisa melakukan aksi cepat tanggap tapi tetap tenang agar tidak terlihat panik. Jika murid melakukan kesalahan, maka sebisa mungkin saya tidak memberikan hukuman yang membuat dia jadi malas untuk bertemu di mata pelajaran saya, sebisa mungkin ‘hukuman’ tersebut adalah hukuman yang telah disetujui sebelum pembelajaran dimulai, atau dengan kata lain sudah membuat tata tertib bersama murid jika ada yang berbuat kesalahan atau jika saya harus meberikan hukuman apada murid maka berilah satu hukuman untuk satu kesalahan. Setelah itu, maka pembelajaran harus dilanjutkan dengan sikap tenang agar tidak ada ketegangan selama pembelajaran berlangsung. Jika sikap murid sudah diluar batas, maka saya harus membawa murid tersebut ke BK atau Kepala Sekolah yang lebih berwenang dalam memberikan hukuman.
 

Friday, 20 July 2018

Belajar Bahasa: Belajar Bahasa Perancis dan Budayanya



A.    Pembelajaran kebudayaan (civilization) termasuk pula ke dalam pembelajar bahasa asing.
Budaya perancis sangat penting di dalam pembelajaran bahasa asing (Perancis) karena bahasa dan budaya merupakan dua hal yang sangat berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Bahasa selalu butuh konteks atau situasi karena keduanya adalah tempat dimana suatu bahasa digunakan. Dan situasi atau konteks tersebut merupakan setting budaya. Begitu pula bahasa perancis dan budayanya sehingga ketika mempelajari bahasa asing harus juga dengan budayanya. Salah contoh budaya perancis sangat penting dalam pembelajaran bahasa perancis yaitu dari kata “Riz” dalam budaya perancis bisa disebut nasi atau beras kedunya sama saja. Sedangkan dalam bahasa Indonesia berbeda. Kemudian penempatan atau pola plat nomer pada kendaraan (mobil) di Penrancis dan di Indonesia memiliki penempatan yang berbeda sehingga penting untuk tahu budaya dari bahasa yang kita pelajari agar kita bisa tahu dengan benar bagaimana penggunaan bahasanya. Dalam mempelajari bahasa dan budayanya ada yang disebut dengan budaya bersifat non judgmental fashion berdasarkan kompasiana yaitu kebiasaan  cara pandang seseorang terhadap terhadap orang lain berdasarkan pada penampilannya karena tidak bisa dipungkiri cara berpakaian orang barat berbeda dengan orang timur sehingga menimbulkan kotroversi dalam cara pandanganya. Di budaya timur masyarakatnya berpandangan bahwa wanita yang mengenakan pakaian minim diaggap buruk dan menyalahi aturan atau norma yang berlaku disana dan anggapan masyarakat terhadap wanita tersebut seolah-olah wanita buruk seharusnya manusia tidak dipandang dari pakainnya saja akan tetapi karena budaya bersifat non judgmental fashion telah melekat pada masyarakat sehingga sulit merubah cara pandangnya. Sebaliknya di masyarakat barat memandang wanita yang memakai hijab dianggap tetoris atau seseorang yang berbahaya. Contohnya seorang wanita menggunakan rok saat pulang dari perkerjaannya dari kantor kemudian mendapat judgmental bahwa wanita tersebut tidak dapat menjaga dirinya.

B.     Strategi pembelajaran budaya dalam bahasa
a.       Berdasarkan materi autentik yaitu materi atau bahan ajar berdasarkan kenyataan atau sesuai dengan realistis kehidupan yang sebenarnya sehingga siswa dalam belajar dapat melihat dengan sebenar-benarnya. Contoh: gambar, kartu ucapan, jadwal transportasi, media cetak, televisi, atau film dokumenter, dll.
b.      Berdasarkan materi proverb yaitu berupa bahan ajar atau materi yang diberikan melalui ungkapan-ungkapan atau pepatah. Materi proverb dari bahasa Perancis dapat dialih bahasakan ke bahasa Indonesia begitu pun sebaliknya. Contoh: ungkapan bahasa Perancis “je t’aime” dialihkan kedalam bahasa Indonesia “aku cinta kamu”.
c.       Bermain peran merupakan metode pembelajaran yang digunakan guru atau dosen agar muridnya dapat berbicara dengan orang lain dengan leluasa. Bermain peran atau dalam bahasa perancis jouer de roule yaitu biasa dilalukan pada mata kuliah berbicara. Metode pembelajaran bermain beran biasanya dimainkan lebih dari dua orang dengan tema yang sudah ditentukan oleh guru atau dosen. Berkaitan dengan bermain peran, Depdikbud (1964:171) mengatakan bahwa (1) bermain peran adalah salah satu metode pembelaran dengan nuasa permainan pendidikan (2) permainan ini melihatkan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai yang akan melekat pada siswa atau mahasiswa (3) tujuan dari bermain peran yaitu siswa atau mahasiswa mampu menghayati perasaan, sudut pandang serta cara berpikir sesuai dengan peran yang ia mainkan. Dengan demikian, bermian peran ini dapat menjadi solusi untuk mengembangkan keterampilan berbicara siswa atau mahasiswa. Contoh: drama, teater.
d.      Murid bercerita tentang pengalaman hidup di luar negeri yaitu murid dapat mengembangkan bahasa melalui pengalaman hidupnya. Contoh: ketika mahasiwa atau murid telah pulang dari luar negeri (Perancis) kemudian muridnya diminta untuk menceritakan pengalamannya disana salah satunya diminta menceritakan budaya, cara belajar, kegiatan apa saja yang telah dilakukan. Hal tersebut bertujuan agar murid dapat mengembangkan kemampuan bahasanya dan dapat menjadi motivasi bagi murid yang lain.
e.       Berdasarkan Sastra sangat erat kaitannya dengan pembelajaran budaya, karena sastra merupakan pembelajaran yang mendalami budaya-budaya asing, baik dari segi karya seni, bangunan ataupun bahasa. Contoh: membaca puisi bahasa Perancis.
f.       Berdasarkan Kapsul budaya (culture capsule) merupakan deskripsi singkat tentang aspek-aspek yang terdapat pada budaya asing yang akan dipelajari. Contoh: makanan yang biasanya dimakan, jam makan, atau hari-hari penting.
g.      Berdasarkan etnografi merupakan tulisan atau deskripsi mengenai kehidupan sosial budaya suatu suku atau bangsa. Contoh: mempelajari kebudayaan asing (Perancis) melalui cara mereka berbicara, cara mereka bertindak, atau mendengar komentar orang lain mengenai suatu budaya.

Referensi

Depdikbud. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Kompasiana. 2015. Non Judgmental. Diakses 2 Juli 2018. [Online]: